Metodologi
Filsafat Islam
Oleh :
Siti Nur
Fadhilah (111-13-158)
I.Pendahuluan
Filsafat Islam merupakan salah satu
bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang
berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat
Islam. Sedangkan mereka yang bersifat tradisional berpegang teguh pada doktrin
ajaran Al-Qur’an dan Hadist secara tekstual, sehingga mereka menolak pemikiran
filsafat Islam.
Dengan mengkaji metodologi
penelitian filsafat yang dilakukan para
ahli, maka kita dapat meraih kembali kejayaan Islam dibidang ilmu pengetahuan
yang pernah dialami pada zaman klasik. Hal ini sangat penting untuk menghadapi
tantangan zaman era globalisasi yang semakin berat.[1]
II.Pembahasan
A.Pengertian Filsafat
dan Filsafat Islam
Filsafat
Kata filsafat dapat diambil dari bahasa Arab “falsafah atau falsafat”. Orang
Arab sendiri mengambilnya dari bahasa Yunani “philosophia” yang merupakan kata
majemuk dari philos dan sophia. Philos artinya cinta dan sophia artinya
kebijaksanaan. Bijaksana berarti “pandai”, yakni mengerti dengan mendalam.
Dengan demikian, dari segi bahasa dapat diambil pengertian bahwa filsafat
berarti ingin mengerti dengan mendalam, atau cinta kepada kebijaksanaan.
Dalam bahasa Arab dikenal kata
“hikmah dan hakim”, kata ini bisa diterjemahkan dengan arti “filsafat dan
filosof”. Kata “Hukamaul Islam” bisa diartikan dengan “Falasifatul Islam”.
Hikmah adalah perkara tertinggi yang
bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat-alat tertentu, yaitu akal dan
metode-metode berfikirnya. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 269 dinyatakan
:
يُؤْتِى
الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ
وَمَنْ يُؤْتَى الْحِكْمَةَ فَقدْأُوْتِيَ خَيْرًااكَثِيْرًا.(البقرة : 269)
Artinya :
“Tuhan memberikan hikmah kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan siapa yanng
diberi hikmah, maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali”.(QS.Al-Baqarah
: 269)
Ditinjau dari segi terminologi,
filsafat mempunyai pengertian yang bermacam-macam, tetapi memiliki intisari
yang relatif sama. Menurut Harun Nasution filsafat itu : (1) pengetahuan
tentang hikmah, (2) pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar, (3) mencari
kebenaran, (4) membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas, dan lain-lain. Jadi,
dapat dikatakan bahwa intisari filsafat adalah berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, dan lain-lain) dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalan. Menurut Endang
Saifudin Anshari, filsafat itu adalah hasl usaha manusia dengan kekuatan akal
budinya untuk memahami (menyelami dan mendalami) secara radikal, integral, dan
universal mengenai hakekat Tuhan, alam, dan manusia, serta sikap manusia
termasuk sebagai konsekuensi dari pemahaman tersebut.
Sehingga dapat
kita simpulkan bahwa, filsafat itu sebagai aktifitas pikir murni (kegiatan akal
manusia dalam usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatu), dan sebagai
produk kegiatan berfikir.
Adapun cabang-cabang filsafat,
meliputi : Pertama, metafisika/ontologi (tentang hakekat yang ada
dibalik fisika, tentang hakekat yang transenden, diatas atau diluar kemampuan
manusia. Kedua, logika (tentang pikiran yang benar dan salah). Ketiga,
etika (tentang tingkah laku yang baik dan buruk. Keempat, estetika
(tentang karya yang indah dan jelek). Kelima, epistimologi (tentang ilmu
pengetahuan). Keenam, filsafat khusus (alam, manusia, agama, dan
lain-lain).[2]
Filsafat Islam
Pengertian filsafat islam merupakan gabungan dari filsafat dan Islam, yaitu
suatu ilmu yang didalamnya terdapat ajaran islam dalam membahas hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Menurut Mustofa Abdul
Razak, filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negri Islam dan dibawah
naungan negeri Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya.
Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tara Chana, bahwa orang-orang Nasrani dan Yahudi
yang telah menulis kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis atau terpengaruh
oleh islam yang sebaiknya dimasukkan ke dalam filsafat islam.[3]
Menurut Dr. Ahmad Fuad Al-Ahwani, filsafat
Islam adalah pembahasan meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam
masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya
agama Islam.[4]
B.Ajaran Islam Mendorong Berfilsafat
Agama Islam memberi
penghargaan yang tinggi terhadap akal, tidak sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang
menganjurkan dan mendorong manusia supaya banyak berpikir dan menggunakan
akalnya. Disamping itu anjuran dan dorongan untuk berfilsafat dapat difahami
dari pengertian kata ayat itu sendiri.
Kata ayat itu erat kaitannya dengan perbuatan berfikir. Arti asal dari
kata ayat adalah tanda, dan tanda itu menunjukkan sesuatu yang terletak
dibelakangnya. Tanda harus diperhatikan, difikirkan, diteliti, dan direnungkan.
Seperti firman Allah dalam QS.Al-Baqarah : 164,
اِنَّ فِى خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَلْاَرْضَ وَاخْتِلَافِ اَّلَيْلِ
وَالنَّهَاَرِوَالْفُلْكِ اَّلتِى تَجْرِى فِى اْلبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
وَمَا َانْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ لْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ
فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيْفِ الرَّيَاحِ وَالسَّحَا بِ
الْمُسَخَّرِيْنَ السَّمَاءِوَالْاَرْضِ لَاَيَتٍ لَّقَوْمٍ يَعْقِلُوْنِ.(البقره
: 164)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
perubahan malam menjadi siang, kapal-kapal yang berlayar dilaut membawa apa
yang bermanfaat bagi manusia, air yang diturunkan Allah dari langit kemudian Ia
hidupkan dengannya bumi setelah ia gersang dan Ia tebarkan padanya segala macam
binatang, perkisaran angin dan awan yang terletak tunduk diantara langit dan
bumi, pada semua ini terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akal.”[5]
C.Perbedaan Filsafat
dengan Ilmu Lain
1.Filsafat Islam dan Ilmu Kalam
Filsafat adalah pemikiran dan pembahasan mengenai alam
wujud dan manusia, sedangkan ilmu kalam ialah rangkaian argumentasi rasional
yang disusun secara sistematik untuk memperkokoh kebenaran akidah agama Islam.
Setelah abad ke-6 H,
terjadi pencampur adukan antara filsafat dan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam
memasukkan filsafat ke dalam ilmu tauhid (pembahasan problema ilmu kalam dengan
menekankan pengunaan semantik (logika) Aristoteles sebagai metode.
Pada abad ke-19,
filsafat muncul di kalangan para ahli fikir dan tokoh-tokoh agama Islam. Yang
menonjol adalah Jamaluddin Al-Afghani, Imam Syekh Muhammad ‘Abduh, Mustafa
‘Abdurrozaq dan para muridnya. Dengan demikian filsafat islam mulai berpisah
dengan ilmu kalam.
Pendapat Ibnu Khaldun :
“Para ahli ilmu kalam dalam berusaha membuktikan ekstensi Tuhan dan
sifat-sifatNya memakai berbagai dalil berdasarkan pada alam wujud. Pandangan
seorang filosof mengenai ketuhanan, alam wujud sebagai hal yang mutlak dan merupakan keharusan yang
ada pada dzat-Nya, sedangkan seorang ahli ilmu kalam memandang alam wujud
sebagai bukti tentang adanya zat yang mengadakannya. Pada pokoknya yang menjadi
masalah persoalan para ahli ilmu kalam hanyalah masalah akidah dan keimanan
yang telah dibenarkan oleh syari’at dan dapat dibuktikan kebenarannya dengan
dalil aqli.”
2.Filsafat dan Tasawuf
Filsafat memandang sesuatu dengan akal fikiran dan
melalui jalan pembuktian menurut logika. Sedangkan tasawuf memandang sesuatu
melalui jalan mujahaddah (melatih kekuatan rohani dengan membiasakan
penderitaan jasmani) dan musyahaddah (penglihatan batin) serta mengutamakan
tanggap rasa.
Pandangan filsafat dalam mengenal Allah termasuk
metafisik (masalah diluar alam nyata), dan mengenai manusia mencakup pembahasan
tentang perilaku (moral dan politik).
Problema tasawuf pada
dasarnya adalah cara mengenali Allah, baik dengan jalan melakukan ibadah
menurut syri’at ataupun dengan jalan ilham dan tanggap rasa.[6]
D.Pembuktian Adanya Tuhan
a.Pembuktian Al-Kindi
Al-Kindi
berendapat bahwa alam itu temporal dan berkomposisi, yang karenanya ia
membutuhkan pencipta yang menciptakannya, yaitu Yang Esa dan yang Hak adalah
yang pertama yang menahan segala yang diciptakan, sehingga sesuatu yang tidak
mendapat pertahanan dan kekuatan-Nya pasti akan hancur.
b.Pembuktian Ibn Rusyd
Menurut
pendapatnya, tatanan alam dibuktikan melalui harmoni yang bisa dilihat pada
bagian-bagiannya dan pada benda-benda yang ada didalamnya.
Dalam dalil Ikhtira’,
bahwa ciptaan ada yang menciptakan dan gerak pasti ada yang menggerakan, yang
dimaksud adalah Allah SWT.
c.Pembuktian Al-Farabi
dan Ibnu Sina
Menurutnya, tidah membutuhkan pembuktian yang
panjang untuk menetapkan ekstensi Allah, dan kita cukup mengetahui Zat-Nya
untuk menerima ekstensi-Nya sekaligus.[7]
E. Model – model
Penelitian Filsafat Islam
1. Model M. Amin
Abdullah
Hasil
penelitiannya dituangkan dalam buku berjudul
The Idea of Universality Ethical Norm In Ghazali and Kant, dimana
penelitiannya menggunakan metode kepustakaan
yang bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan
kajiannya pada berbagai sumber baik yang ditulis oleh tokoh yang diteliti itu
sendiri maupun sumber yang ditulis orang lain mengenai tokoh yang ditelitinya.
Bahan-bahan tersebut selanjutnya diteliti keotentikannya secara seksama,
diklasifikasikan menurut variabel yang ingin ditelitinya. Dari segi pendekatan,
ia mengambil pendekatan studi tokoh dengan cara melakukan studi komparasi
antara kedua tokoh tersebut (Al-Ghazali dan Immanuel Kant), khususnya dalam
bidang etika.
2.Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry, dan Harun
Nasution
Dalam bukunya
yang berjudul History of Muslim Philosophy, Otto Horrassowitz telah
melakukan penelitian terhadap seluruh pemikiran filsafat Islam yang berasal
dari tokoh-tokoh filosof abad klasik, selain itu ia juga mengemukakan mengenai
riwayat hidup serta karya tulis masing-masing tokoh. Dengan demikian jelas
terlihat bahwa penelitiannya termasuk penelitian kualitatif. Sumbernya kajian
pustaka. Metodenya deskriptif analitis dengan pendekatan historis dan tokoh
(yang disajikan berdasar dat-data yang ditulis ulama terdahulu, dan titik
kajiannya adalah tokoh).
Penelitian Majid
Fakhry dalam bukunya yang berjudul A History of Islamic Philosophy, tampaknya
menggunakan penelitian campuran yang mana selain menggunakan pendekatan
historis (latar belakang munculnya pemikiran filsafat Islam) juga dengan
pendekatan kawasan (mengelompokkan para filosof Islam dalam kelompok Timur dan
Barat) serta substansi (mengemukakan berbagai pemikiran filsafat dari tokoh
tersebut).
Penelitian Harun
Nasution bersifat kualitatif, dengan melakukan penelitian filsafat dengan
menggunakan pendekatan tokoh dan historis. Bentuk penelitiannya deskriptif
dengan menggunakan bahan-bahan bacaan yang ditulis tokoh yang bersangkutan.
3.Model Ahmad Fuad Al-Ahwani
Salah satu
karyanya adalah buku yang berjudul Filsafat Islam. Metode penelitian
yang ditempuh adalah penelitian kepustakaan (menggunakan bahan-bahan
kepustakaan). Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif,
sedangkan pendekatannya bersifat campuran (historis, kawasan, dan tokoh).[8]
F.Tokoh-tokoh Filsafat
Islam
1.Al-Kindi (185-152 H/801-865 M)
Al-Kindi, nama
lengkapnya adalah Abdul Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Ash-Shabah bin Imran bin
Ismail bin Muhammad bin Al-Asy’at bin Qeis al-Kindi. Beliau berasal dari
kabilah Kindah (kabilah terpandang dimasyarakat Arab dan bermukim didaerah
Yaman dan Hijaz).
Al-Kindi mempelajari berbagai cabang ilmu keagamaan. Ia
turut menyumbangkan pemikirannya seacara
efektif dalam memasukkan filsafat ke dalam khazanah pengetahuan Islam. Ia
menerjemahkan beberapa buku filsafat Suryani, seperti theologia yang
diterjemahkan oleh Ibn Na’imah al-Himshi. Corak filsafat Al-Kindi tidak banyak
diketahui karena buku-bukunya tentang filsafat banyak yang hilang. Baru pada
zaman belakangan orang menemukan kurang lebih 20 risalah Al-Kindi dalam tulisan
tangan Mereka yang berminat besar dalam menelaah fisafat Islam, baik kaum
orientalis maupun orang-orang Arab, telah menerbitkan risalah-risalah tersebut.
Dengan demikian orang mudah menemukan kejelasan mengenai filsafat Al-Kindi dan
kedudukannya. Al-Kindi adalah orang pertama yang merintis jalan menyesuaikan
filsafat Yunani dengan prinsip-prinsip ajaran Islam sehingga lahirlah filsafat
Islam. Sehingga Al-Kindi menjadi seorang filosof peradaban Islam pada abad ke-3
H.
2.Al-Farabi
Al-Kindi telah
meletakkan dasar-dasar filsafat Islam, kemudian datanglah dizaman berikutnya
Abu Nasr al-Farabi dan memperkokoh dan memantapkan dasar-dasar yang telah
diletakkan oleh Al-Kindi. Beliau dapat memecahkan masalah dengan jalan
menyesuaikan yang satu dengan yang yang lainnya, misal antara aliran filsafat
Aristoteles dengan filsafat Plotinus, hal itu terdapat dalam buku al-Farabi
dengan judul al-Jama’ Baina Ra’y al-Hakimain.
3.Ibnu Sina
Filsafat Islam
mencapai puncak kecemerlangannya pada zaman hidupnya Syaikh ar-Rais Abu Ali
al-Husein bin Abdullah Ibn Sina. Dialah filosof Islam yang paling banyak
menulis buku-buku ilmiah sampai soal-soal yang bersifat cabang dan ranting. Ibnu
Sina menulis filsafatnya mengikuti pendapat Aristoteles. Filsafatnya itu
dipaparkan dalam buku as-Syifa, kemudian diringkas dalam bukunya an-Najat. Dalam as-Syifa
dikatakan bahwa, “tujuan filsafat adalah mencari hakekat segala sesuatu sebatas
kemungkinan yang dapat dilakukan oeh manusia.”
4.Ibnu Bajah
Nama lengkapnya adalah
Abu Bakar Muhammad bin Yahya Ibn Bajah, beliau lahir dalam abad ke-5 H dan
wafat pada tahun 533 H/1138 M. Selama hidupnya Ibn Bajah mendalami ilmu alam,,
ilmu matematika, ilmu astronomi dan musik. Ia banyak menulis uraian penjelasan
tentang filsafat Aristoteles, dengan demikian ia membuka pintu bagi Ibnu Rusyd.
Ibnu Rusyd banyak mengambil intisari pemikiran Ibnu Bajah bahkan dalam
batas-batas tertentu ia terpengaruh olehnya.
Ibnu Bajah memang
mengikuti filsafat Yunani, terutama pendapat Pyhitagoras yang menggolongkan
manusia menjadi dua yaitu kaum awam (dapat menjangkau gambaran yang masuk akal
lewat penglihatannya kepada alam nyata, atau dari ketergantungannya kepada alam
wujud), dan kaum khawas (berhubungan dengan soal-soal yang masuk akal lebih dulu,
barulah kemudian berhubungan alam nyata).
5.Ibnu Thufail
Nama lengkapnya
Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail, berasal dari
Cordova.
Ibnu Thufail menyusun
risalah dalam bentuk hikayat yang dalam mukadimahnya Ibnu Thufail menjelaskan
tujuan buku yang ditulisnya yaitu menyaksikan kebenaran menurut cara yang
ditempuh para ahli tasawuf yang mencapai kewalian. Dalam mukadimahnya beliau
menegaskan pendapatnya sesuai dengan filsafat al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali
dan Ibnu Bajah.
6.Ibnu Rusyd
Nama lengkapnya
Abul Wahid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd yang lahir di Cordova. Beliau belajar
ilmu fiqh, ilmu pasti dan ilmu kedokteran.
Pemikiran filsafatnya
dapat diketahui dengan jelas dari bukunya yang sangat terkenal,
Tahafutut-Tahafut yang ditulis sebagai sanggahan terhadap buku al-Ghazali yang
berjudul Tahafutul-Falasifah.[9]
III.Penutup
Kesimpulan
Dari materi diatas dapat kita simpulkan bahwa, filsafat
Islam merupakan gabungan anatara dua
kata yaitu filsafat dan Islam. Filsafat berasal dari kata philo yang berarti
cinta dan sophos yang berarati hikmah, sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab
“salima” yang berarti selamat. Banyak para ilmuwan yang mengemukakan
pendapatnya mengenai pengertian filsafat Islam, salah satunya Pendapat Ahmad
Fuad Al-Ahwani yang mengatakan bahwa filsafat Islam adalah pembahsan meliputi
berbagai soal alam semesta dan bermacam-macam maslah manusia atas dasar
ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam.
Filsafat Islam diteliti oleh para ahli dengan menggunakan
berbagai metode dan pendekatan secara seksama, dan hasilnya dapat kita jumpai
saat ini.
Daftar Pustaka
Nata Abuddin, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), cet.17
Ahwani, Al, Ahmad
Fu’ad, Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), cet.7
Muhaimin, dkk, Kawasan
dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), cet.1
Madkour Ibrahim, Aliran
dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. 1
http://zekyaneukpidie.blogspot.com/2012/12/makalah-filsafat-islam.html
[1]
Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Cet.17. (Jakarta; PT.Grafindo Persada,
2010), hlm. 251-253.
[2]
Muhaimin dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet.1. (Jakarta; Prenada
Media, 2005), hlm.303-305.
[3]
http://zekyaneukpidie.blogspot.com/2012/12/makalah-filsafat-islam.html
[4]Abuddin
Nata, Metodologi Studi Islam, Cet.17. (Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm.256.
[5]
Muhaimin dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet.1. (Jakarta; Prenada
Media, 2005), hlm. 305-307.
[6]
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Cet.7. (Jakarta; Pustaka Firdaus,
1995), hlm. 16-29.
[7]
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Cet.1. (Jakarta; Bumi
Aksara, 1995), hlm. 118-121.
[8]
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Cet.17. (Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm 257-263.
[9]Ahmad
Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Cet.7. (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1995),
hlm 64-113.
terima kasih gann,, sangat membantu untuk ane,,,
BalasHapusTerimakasih...copas daftar pustaka dan pengertiannya.🙏
BalasHapusCasino Junket | JM Hub
BalasHapusThe hotel 영주 출장마사지 itself is 충주 출장샵 designed to be a nice addition to your Las 양산 출장마사지 Vegas Strip, and it also 김천 출장샵 features some of the best restaurants in the city 전주 출장안마 including a